Dua hari ini dunia maya kita dihebohkan dengan seruan boikot kedai kopi Starbucks. Tak tanggung-tanggung, yang menyuarakan pemboikotan adalah pimpinan pusat Muhammadiyah. Alasannya karena starbucks mendukung LGBT.
Sebenarnya soal mendukung LGBT sudah dilakukan oleh banyak perusahaan internasional, Starbucks hanya salah satunya. Kalau semua harus diboikot, pertanyaannya kemudian, bisakah kalian memboikot facebook? Itu saja dulu yang harus dijawab.
Lebih dari itu, seruan boikot starbucks ini dianggap negatif oleh netizen, karena secara otomatis mereka harus melihat siapa kompetitornya? Maxx coffe, milik Lippo Group, yang sepertinya semakin sepi peminat.
Uniknya, di tengah perdebatan tidak produktif tersebut, Presiden Jokowi bersama keluarganya tiba-tiba mendatangi Kopi Tuku, kedai kopi yang cukup mungil di Cipete, namun sedang hits di kalangan anak muda.
Menurut informan Seword yang ada di lokasi, Presiden sempat nge-vlog bersama pemilik kedai kopi dan mengatakan, “saya sangat menghargai sekali keberanian anak-anak muda dalam membuka usaha dan saya sangat mengapresiasi Tuku Coffe ini. karena ini brand lokal, brand nasional yang tidak kalah dengan brand-brand internasional dan silahkan dicoba. Saya mau nyoba yang enak apa?”
Tio pemilik kedai menjawab “Kopi susu tetangga.”
“Kopi susu tetangga, ya saya mau coba. Berapa harganya? 18 ribu…” lanjut Presiden.
Bagi saya, kegiatan santai Presiden ini mengandung begitu banyak makna dan manfaat. Sebagai rakyat Indonesia yang cukup aktif memantau kebijakan dan kegiatan Presiden, kita tentu tidak bisa tutup mata dengan ‘ulah’ beliau sebelum-sebelumnya:
Ada kasus Papa Minta Saham dan sidang di MKD, Presiden undang pelawak makan malam di Istana, waktunya bersamaan. Ada China yang protes terhadap Indonesia soal gesekan yang terjadi di laut Natuna, Presiden kemudian menggelar rapat di atas kapal perang, di laut Natuna. Ada ribut-ribut soal persekusi, Presiden menjawab pertanyaan wartawan dengan menu makanan. Seolah beliau ingin bilang “soal persekusi, kasih makan aja. Lo rese kalo lagi lapar.”
Lalu yang terbaru adalah soal GNPF yang beberapa waktu lalu diterima oleh Presiden di Istana. Mereka mengelak bahwa mereka meminta bertemu, berdalih bahwa mereka yang menggagas. Padahal kenyataannya mereka meminta bertemu.
Setelah pertemuan singkat itu, GNPF menggelar konferensi pers yang kemudian membahas hal-hal yang lebih detail. Padahal saat keluar dari Istana, tak banyak yang bisa mereka katakan. Telaknya, beberapa hari setelah itu Presiden mendatangi kebun binatang, memberi makan gorila dengan korma. Hahaha
Menu makan dan korma itu sebuah simbol yang sangat kuat, secara sadar dipersiapkan dan memang sangat diniatkan. Tak ada yang tau dari mana Presiden mendapat korma? Sementara menu makan itu memang sengaja dibawa setelah buka bersama.
Pertanyaannya kemudian, lalu pesan apa yang Presiden sampaikan dalam kunjungannya ke Kopi Tuku sore tadi? Dalam analisis saya ada dua hal.
Pertama, yang jelas Presiden ingin ikut mempromosikan Kopi Tuku yang ada di Cipete ini. Sangat jelas Presiden mengatakan “silahkan dicoba.”
Jokowi sangat sadar bahwa apapun yang dirinya lakukan kerap menjadi trend. Pakai jaket bomber saat konferensi pers, jaket jenis serupa langsung sold out. Bahkan hanya pakai payung biru menuju kerumunan 212, pun langsung menjadi pembicaraan serta ada yang jualan online.
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Presiden Jokowi, ikut ngopi di Kopi Tuku sepertinya akan semakin membuat kedai ini semakin populer. Dan itu semua dilakukan beliau secara gratis, karena beliau sebagai Presiden ingin mengapresiasi dan mendukung anak-anak muda yang berani membuka usaha.
Kedua, menu kopi yang dipesan pun sangat unik: kopi susu tetangga, ini kalau typo atau salah ucap sedikit saja, sepertinya 7 juta massa akan kembali berhalusinasi. Haha.
Kata “tetangga” ini sebenarnya sudah sangat sering saya gunakan untuk menyebut kelompok sebelah. Secara kebetulan Presiden Jokowi sore tadi memesan Kopi Susu Tetangga.
Sungguh kebetulan yang luar biasa, ketika ada sekelompok orang yang sedang mempermasalahkan Starbucks dan menyuarakan pemboikotan, Presiden tiba-tiba ke Kopi Tuku. Menurut saya ini harus kita pahami secara bijak.
Presiden seolah ingin mengatakan, daripada teriak-teriak boikot, mending mari buka usaha sendiri. Minimal promosikan produk lokal, karya anak bangsa. Mereka yang sedang ribut-ribut teriak boikot itu tidak ada gunanya. Kalau memang ingin negeri ini maju, menolak LGBT, lakukanlah sebuah kerja nyata, sebuah karya dan sebuah produk alternatif.
Terakhir, saya semakin kagum dengan Presiden Indonesia satu ini. Apapun dia lakukan untuk kemajuan negeri, sampai nge-vlog untuk membantu promosi Kopi Tuku. Begitulah kura-kura.
https://seword.com/ekonomi/kode-ribut-boikot-starbucks-jokowi-ngevlog-pesan-kopi-susu-tetangga/
0 Response to "Yang Ono Ribut Boikot Starbucks, Pakde Jokowi Ngevlog "Pesan Susu Tetangga""
Posting Komentar