Melihat nasib Rizieq yang sekarang harus kabur ke Arab Saudi karena menghindari kasus hukumnya yang bejibun di Indonesia, mulai dari kasus mesum sampai menghina Pancasila, kadang membuat saya kasihan.
Kasihan sekali seorang orator yang pernah memimpin ribuan demonstran, begitu gagah seolah tak akan ada yang berani menindaknya, kini harus bersembunyi di luar negeri. Ketakutan, karena kalau pulang ke Indonesia 99% pasti langsung dipenjara. Karena kasusnya sudah terlalu banyak, buktinya juga terlalu kongkrit untuk dibantah. Inilah kenapa Rizieq tidak berani pulang, sebelum ada tanda-tanda dirinya mendapat backup.
Bagaimanapun Rizieq merupakan orang yang berperan memenangkan Anies Sandi dengan isu-isu SARA. Mengancam akan membunuh Ahok atau menyebutnya kutil babi nyatanya cukup berhasil menimbulkan ketakutan di mata pendukung Ahok, sekaligus mensolidkan dukungan kontra Ahok. Peran Rizieq luar biasa, bahkan sepertinya kita semua akan sepakat, kalau tanpa Rizieq, Anies mustahil bisa menang di Pilgub DKI. Dengan segala jasa dan perannya, Rizieq pantas untuk dilindungi demi kepentingan politik Gerindra dan PKS.
“Kok kasus seperti ini dianggap seperti kasus luar biasa. Apalagi cuma chat yang berada di ruang privat. Tidak di publik. Kan seharusnya tidak begitu. Ada semacam upaya untuk menarget. Ini yang terjadi. Nah ini menuerut saya penilaian ini yang harus diduduk-kan,” komentar Fadli Zon Gerindra.
“Bila itu dibiarkan, itu bisa memunculkan chaos, sebab di aplikasi percakapan, termasuk para pejabat, polisi sekalipun biasa mengirim-ngirim gambar, lucu-lucuan seperti itu. Saya tahu itu, karena itu suka menyebar ke kita juga. Dan kalau kemudian itu yang mau dikriminalisasi, karena apa yang berlaku Habib Rizieq, maka berlaku juga bagi semua orang lain,” komentar Fahri Hamzah PKS.
Karena saking bergunanya seorang Rizieq, yang bisa dijadikan orator dalam masa-masa kampanye dan memenangkan salah satu calon dengan segala cara, maka sekali lagi memang sudah seharusnya orang-orang yang punya kepentingan mau untuk melindunginya dari segala jeratan kasus hukum. Atau mungkin lebih tepatnya, mau menunaikan janjinya bahwa Rizieq akan aman dari kasus hukum.
Tapi saat saya merasa kasihan atas nama kemanusiaan, rupanya Rizieq membuat pernyataan yang menjadikan saya kebingungan. Beberapa hari lalu, Rizieq mengirimkan suara rekaman yang intinya “tidak ada kata lain kecuali lawan. Pilihannya ada di hadapan pemerintah, rekonsiliasi atau revolusi.”
Memang unik sekali jalan pikiran Rizieq ini. Tapi sebagai Pakar Mantan saya memahami kegalauannya. Sebab dalam posisi tersudut dan ditinggalkan, kecerdasan seseorang akan turun lebih dari 50 persen. Kalau yang tidak cerdas ya bakal minus.
Kisah ini seperti mantan yang sudah menyakiti kita dan melakukan banyak kesalahan, lalu tidak kita bela malah membiarkannya bertanggung jawab sendiri, kemudian merengek minta balikan, minta bantuan. Tetapi di sisi lain juga mengancam, kalau tidak dibantu dia mau cerai atau putus selamanya dengan kita.
Ini maksudnya apa? tidak konsisten. Minta bantuan tapi juga mengancam. Ini sama seperti orang mau makan tapi juga mau buang air besar. Atau seperti lelaki tapi juga memakai baju perempuan. Tidak jelas.
Tapi setelah saya cari tahu, ternyata tawaran ‘bencong’ ini muncul karena ancaman revolusi tidak berhasil membuat aparat penegak hukum kita ketakutan. Sebelumnya, DPP FPI, Sobri mengatakan “Jika rezim penguasa terus menerus menekan ulama dan membela penista agama, maka bukan tidak mungkin Rizieq Shihab akan umumkan revolusi putih untuk NKRI dari tanah suci.”
Namun ancaman tersebut sama sekali tidak digubris oleh pemerintah. Karena sepertinya TNI dan Polri terlalu besar kalau harus takut dengan orang yang dua kali dipenjara dan sekarang sedang menyandang status tersangka atas dua kasus hukum. Sehingga beberapa hari sebelumnya, Rizieq meminta bantuan Yusri Ihza Mahendra agar GNPF dan pemerintah bisa rekonsiliasi. Hahaha Setelah ngancam, sekarang minta baikan?
Bib, Revolusi itu tak semudah ngangkang di kandang kambing!
Kelompok Rizieq ini sepertinya terlalu menganggap remeh soal revolusi. Seolah kelompok mereka begitu dominan, punya kuasa dan mampu mengendalikan Indonesia. Padahal siapa sih mereka? Rizieq hanya pimpinan ormas kecil yang terlihat besar karena kontroversi media. Bahwa dirinya pernah memimpin ribuan massa, itu bukan karena fanatik atau membela Rizieq, tapi karena tersinggung dengan ucapan Ahok. Kalau diminta bela Rizieq, yang datang tak sampai 100 orang, seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu.
Ancaman bandara akan lumpuh karena 7 juta orang akan menyambut Rizieq, ancaman revolusi dan yang lain-lain hanyalah ancaman omong kosong kucing ompong. Sebab logikanya, kalau memang Rizieq akan dibela 7 juta orang ke mana-mana, setia membelanya, untuk apa bersembunyi di Arab? Pulang saja ke Indonesia. Kalau memang mereka punya massa yang cukup untuk revolusi, melengserkan Presiden sah yang dipilih oleh rakyat, untuk apa meminta rekonsiliasi?
Pada akhirnya, revolusi itu tidak semudah ngangkang di kandang kambing. Akan ada konsekuensi logis dan proses panjang yang harus kita hadapi bersama. Tidak bisa kalian melawan pemerintah dan ingin mengambil alih Indonesia tanpa perlawanan.
Kalian harus ingat, sebenci-bencinya kalian terhadap Jokowi, beliau adalah Presiden Indonesia, pimpinan TNI dan Polri. Melawan Jokowi saat ini berarti melawan dua lembaga tersebut. Lebih dari itu, Jokowi adalah Presiden yang dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia. Jangan anggap kami akan diam saja kalau kalian semena-mena. Jokowi dipilih oleh 70.633.576 suara dan ini valid karena ada datanya. Bukan sebatas klaim.
Untuk itu, pesan sederhana dari saya, jika memang mengancam revolusi, revolusi lah. Tapi jika ingin mengemis rekonsiliasi, mengemislah dengan lirih. Karena sejatinya tidak ada pengemis yang berhasil dengan memaksa atau mengancam….Begitulah kura-kura.
https://seword.com/umum/bib-revolusi-tak-semudah-ngangkang-di-kandang-kambing/
0 Response to "Bro Bib! Catat Ya, Revolusi Tak Semudah Ngangkang Di Kandang Kambing!"
Posting Komentar